Translate

Monday, September 19, 2016

Hukum Menggambar Makhluk Hidup

Mungkin diantara kita pernah dihebohkan atau mendapat teguran dari guru ketika menggambar, ada yang berkata bahwa menggambar itu haram, karna ini dan karna itu. Nah daripada ambil pusing, saya memposting sebuah artikel yang didalamnya menjelaskan tentang apa hukum menggambar dan kenapa hukumnya begitu. Langsung saja :

Sebelumnya ini penjelaskan  yang perlu diketahui tentang materi ini, yakni perbedaan antara:
1. Menggambar/Melukis,
2. Memajang/Menyimpan, dan
3. Melihat/Menonton.

PERBEDAAN ANTARA MENGGAMBAR/MELUKIS, MEMAJANG/MENYIMPAN, DAN MELIHAT/MENONTON

Hukum Menggambar


 01. Menggambar/Melukis

"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para penggambar (makhluk bernyawa).” (HR. Al-Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109)

Dari hadits ini maka sudah jelas bahwa menggambar makhluk bernyawa dengan tangan itu terlarang, baik secara langsung maupun secara tidak langsung seperti menggambar melalui komputer tapi tetap dengan tangan (misalnya dengan memegang mouse). Berbeda halnya dengan foto hasil kamera, karena foto itu bukan menggambar tetapi menangkap gambar. Sementara yang membuat gambar yang ditangkap kamera adalah Allah Ta’ala.

02. Memajang/Menyimpan

Dari Ali radhiallahu anhu dia berkata, “Saya membuat makanan lalu mengundang Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk datang. Ketika beliau datang dan masuk ke dalam rumah, beliau melihat ada tirai yang bergambar, maka beliau segera keluar seraya bersabda, “Sesungguhnya para malaikat (rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar.” (HR. An-Nasai no. 5256)
Dari hadits ini maka bisa diambil kesimpulan bahwa hukum antara menggambar/melukis dan memajang/menyimpan gambar makhluk bernyawa itu berbeda. Para penggambar/pelukis mendapatkan azab dan siksa di akhirat, sedangkan para pemajang/penyimpan gambar rumahnya tidak akan dimasuki para malaikat rahmat.

03. Melihat/Menonton

Hukum asal melihat gambar adalah mubah karena gambar dihukumi sebagaimana benda-benda lainnya. Tetapi para ulama sepakat tidak boleh melihat aurat sesama jenis atau lawan jenis atau aurat yang bukan mahramnya atau melihat perkara haram lainnya, sebagaimana mereka sepakat tidak bolehnya melihat sesuatu (baik berupa gambar maupun selainnya) yang menyibukkan dan melalaikan dari ibadah, sebagaimana haramnya menggantung atau memasang sesuatu dengan tujuan diagungkan, baik dia berupa gambar maupun bukan.

Al-Khaththabi berkata, “Tidaklah hukuman bagi (pembuat) gambar (bernyawa) itu sangat besar kecuali karena dia disembah selain Allah, dan juga karena MELIHATNYA bisa menimbulkan FITNAH, dan membuat sebagian jiwa CENDERUNG kepadanya.” [Al-Fath (10/471)]
Dan pada kenyataannya sekarang bisa dilihat begitu banyak manusia yang jiwanya cenderung dan sangat mencintai gambar-gambar dari jepang seperti anime dan manga melebihi kecintaannya pada al-Qur'an. Coba saja bandingkan waktu untuk mempelajari Ilmu Syar'i dengan waktu untuk melihat anime/manga. Mayoritas waktunya akan lebih banyak digunakan untuk anime/manga.

Memajang/Menyimpan gambar itu terbagi dalam 2 bentuk:

1. Menyimpan gambar dalam bentuk Hardfile, misalnya gambar yang sudah dicetak seperti Spanduk, Poster, Manga yang sudah dibukukan, maka berlaku hadits yang menyatakan bahwa Malaikat Rahmat tidak akan masuk ke dalam rumah tersebut, kecuali gambar yang sifatnya sangat diperlukan seperti KTP, SIM, Paspor, dan gambar lain yang sejenisnya.

2. Menyimpan gambar dalam bentuk Softfile. misalnya gambar yang ada di media elektronik seperti Facebook, Anime, Manga Online dan sejenisnya, maka gambar dalam bentuk ini pun sama halnya seperti gambar dalam bentuk hardfile. Hanya saja ada sedikit perbedaan, kalau gambar hardfile tidak bisa dihilangkan kecuali dengan dibuang/dimusnahkan. Sedangkan gambar softfile bisa dihilangkan dengan cara meng-close aplikasi yang menampilkan gambar tersebut.

Semisal dengan aplikasi al-Qur'an yang berada di HP, ketika aplikasi al-Qur'an itu dibuka, maka kita tidak boleh membawa HP tersebut kedalam toilet kecuali setelah aplikasi al-Qur'annya ditutup/di-close. Sama halnya seperti gambar softfile ini, ketika gambar softfile ini dibuka maka Malaikat Rahmat tidak akan masuk, ketika aplikasi tersebut di-Close maka Malaikat Rahmat akan memasukinya, kecuali gambar yang sifatnya sangat diperlukan.

SESUAIKAN DENGAN KEPERLUAN/KEBUTUHAN DAN HINDARI/MINIMALISIR SEMAKSIMAL MUNGKIN
Dengan adanya postingan ini bukan berarti ana membolehkan memajang/menyimpan gambar makhluk bernyawa di media-media elektronik. Tetapi bukan berarti juga saya melarang memajang/menyimpan gambar makhluk bernyawa di media-media elektronik. Karena ada banyak para Syaikh Saudi yang memasang foto pribadinya di media sosial seperti Twitter. Saya jadi bingung, masa saya mau menegur Syaikh? Jangan-jangan ana yang salah dan kurang pemahamannya.

Oleh karena itu ana mengatakan kepada mereka yang memasang foto di media sosial, tanya kepada diri antum tujuan antum memasang itu apa? Apalagi perempuan. Perempuan itu fitnah. Kecantikan perempuan hanya untuk suami. Kenapa harus dipasang? Apakah supaya semua lelaki bisa menikmatinya? Maka untuk wanita tidak boleh. Kenapa? Karena akan menyebabkan lelaki melihat, sedangkan Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan. Apabila memang tidak penting/tidak ada kebutuhan, maka lebih baik tinggalkan.

KESIMPULAN

Setelah membaca semua penjelasan diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa:

1. Hukum menggambar/melukis makhluk bernyawa sudah disepakati keharamannya, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama.

2. Hukum mengambil gambar makhluk bernyawa dengan alat (misal kamera) ada sebagian ulama yang melarang, dan ada juga yang membolehkan. Dan pendapat yang lebih kuat adalah yang membolehkan, karena memotret bukan menggambar/melukis, tetapi menangkap gambar ciptaan Allah.

3. Hukum memajang/menyimpan gambar makhluk bernyawa terdapat banyak perbedaan pendapat di kalangan ulama sehingga ini mejadi masalah Ijtihadiyyah, ada yang melarang dan ada yang membolehkan dengan syarat-syarat tertentu. Pendapat yang lebih hati-hati adalah tetap tidak memajangnya, karena ini pemahaman tekstual hadits dan itulah yang lebih aman, menjauhi syubhat atau kesamaran.


Demikian postingan ini saya sampaikan. Semoga postingan ini benar-benar dibaca dari awal sampai akhir sehingga terjawab hal-hal yang anda pertanyakan. Barakallahu fiik...

Wallahu a'lam...

Sumber : Kunjungi

Wednesday, September 7, 2016

Jenis Pengabdian Kepada Allah Swt

  Bismillahirrahmanirrahim,, Di kesempatan yang barokah kali ini penulis ingin berbagi kembali ilmu islami kembali dengan mengambil judul 'Jenis Pengabdian Kepada Allah SWT'
  Pada dasarnya Manusia itu diciptakan dengan tugas untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firmannya.
  "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzaariyat: 56)


  Manakala manusia hendak mengabdi kepada Allah, dia memerlukan tiga unsur yang harus dipenuhi dalam hidupnya, berikut penjelasannya.

1. Ketundukan Hati Kepada Allah SWT
  Ketundukan hati kepada Allah swt membuat seorang muslim tidak akan merasa berat ketika menjalankan pengabdiannya, sekalipun dia tidak akan merasa terlalu bersedih hati bilamana ditimpa hal-hal yang tidak menyenangkan.
  "Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Al-baqarah: 112)

2. Taat Kepada Allah Tanpa Perasaan Berat
  Pengabdian kepada Allah swt hanya bisa dilakukan manakala seseorang tidak memiliki perasaan berat pad aketentuan-Nya.
  "Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisaa':65)
3. Menyerahkan Diri Sepenuhnya Kepada Allah
  Apapun yang dilakukan manusia dalam hidup ini, bila diserahkan sepenuhnya kepada Allah, yakni dalam rangka mencari keridhaan-Nya, maka dia bisa termasuk orang yang mengabdikan diri kepada-Nya.
  "katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya shalatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.'" (Al-An'aam: 162)
 
  Itulah tadi tiga hal yang menjadi syarat utama dalam mengabdikan diri kepada sang maha kuasa, terima kasih sudah berkunjung dan tunggu tausiah lainnya. 

Thursday, September 1, 2016

Dusta Yang Diperbolehkan Islam

  Bismillahirrahmanirrahim,,
  Alhamdulillah setelah agak lama absen,  kali ini penulis bisa kembali memberikan sedikit materi yang insya allah bermanfaat. Dengan Judul "Dusta Yang Diperbolehkan Dalam Islam"


  Kita sebagai muslim tentunya dituntut untuk selalu jujur di tiap kesempatan dimanapun kapanpun dan kepada siapapun. Namun, ternyata ada juga beberapa kebohongan yang di 'izin' kan oleh Islam. berikut penjelasannya :
  "Rasulullah saw. Membolehkan dusta dalam tiga hal: dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang yang bersengketa, dan dalam pembicaraan suami kepada istrinya." (HR. Ahmad)
  Berdasarkan hadits di atas bisa kita simpulkan bahwa ada tiga dusta yang dibolehkan.

1. Dusta Dalam Perang
  Perang merupakan langkah untuk mengendalikan kondisi lawan agar menjadi tunduk, dalam perang ada yang namanya taktik dan strategi, karenanya membohongi musuh dibenarkan dalam perang.

2. Dusta Dalam Mendamaikan Orang
  Orang yang saling bermusuhan sudah seharusnya didamaikan, untuk mendamaikannya perlu dikembangkan beberapa pandangan yang positif antara orang yang saling bermusuhan itu. Oleh karenanya, kita diperbolehkan untuk berbohong dalam rangka mendamaikan.

3. Dusta Untuk Menyenangkan Istri
  Salah satu tugas kecil istri adalah melayani suaminya, namun kadang kala pelayanan istri tidak memuaskan. Misalkan saja masakan yang dibuatnya kurang sedap, nah disaat ketika suami ditanya bagaimana masakan yang dia masak, dia boleh berbohong bahwa pelayanan istrinya memuaskan, masakannnya enak dan sebagainya agar istri mejadi bahagia.

  Yap, Itu tadi tiga dusta yang diizinkan dalam Islam, jadi tidak sembarang dusta yang bsia dilakukan ya.. mengingat bahwa Islam itu agama yang lurus dan benar maka tidak sepatutnya seorang Muslim berbohong pada sesama muslim apalagi terhadap Allah swt. Saya ucapkan terima kasih dan semoga ilmunya ini bermanfaat.